Di awal dan pertengahan tahun ini adalah momen-momen duka dalam lini waktu. Bapak dan Ayah mertua telah dipanggil oleh-Nya untuk kembali, dari tiada kembali ke ketiadaan. Yang tiada adalah kebersamaan dalam suka dan duka. Kehadiran di tiap momen-momen bahagia maupun sedih.
Di April 2020, Bapak meninggal setelah dirawat sekitar 2 pekan di RS Bhayangkara Lumajang. Diagnosis awalnya adalah gagal ginjal, lalu hipertensi yang tak kunjung menurun, hingga tiba-tiba di 22 April hasil rontgen mencitrakan paru-paru yang kotor meski hasil rapid test covid19 tidak menunjukkan reaktivitas.
Selang beberapa waktu, Ayah mertua mengeluh lemas. Di 13 Juni diagnosa Dokter Umum mengarah ke DBD lalu ada perawatan infus di rumah selama sepekan. Hingga akhirnya pada 19 Juni tiba-tiba kuku-kuku tangan membiru, nafas pendek dan tersengal-sengal. Bantuan oksigen didatangkan 20 Juni pagi, memanggil perawat kembali hingga siang hari, selanjutnya itulah momen pertemua terakhir kala mengantarkan beliau ke IGD RSUD Syamrabu (Syarifah Ambami Rato Ebu) Bangkalan.
Hasil rontgen mencitrakan bercak di paru-paru, juga rapid test menghasilkan IgG dan IgM reaktif. Lalu kisah pilu keluarga bermula. Tiga keluarga. Mungkin lebih.
Perawatan hingga tanggal 10 Juli, karena di pagi buta itu pihak RSUD mengabarkan kekritisan kondisi Ayah mertua ke Adik ipar dan tak ada lagi yang bisa dilakukan selain menerima realita bahwa beliau tak lagi mampu bertahan untuk kembali bersama keluarga yang sedang menunggu di rumah. Mungkin menahan rasa sakit, juga sedih karena protokol isolasi tak mengijinkan keluarga untuk menemani beliau selama masa pengobatan dan penyembuhan. Juga keluarga yang tak berani untuk melanggar protokol itu. Meski kemudian di hari terakhir beliau di RSUD, ada pasien baru yang sekamar dan ditunggu oleh salah satu anggota keluarganya.
Kematian sesederhana itu. Secepat itu. Yang tak diketahui, tak mau maupun tak perlu, mungkin kecemasan-kecemasan di tiap hari selama beliau dirawat di RSUD. Di keluarga kecil maupun keluarga besar beliau. Kecemasan-kecemasan yang menghasilkan berbagai keputusan dan akhirnya….
.
.
.
Masyarakat yang belum pernah mengalami momen-momen ini, mungkin bisa berkilah Covid19 adalah konspirasi global. Tapi yang pasti, konspirasi itu telah mengubah kisah hidup kami. Membaliknya dengan mudah, entah berapapun derajat perubahan itu.