Tak Ada (Media) Yang Abadi

Saat ini aku masih dalam proses mengumpulkan tulisan-tulisan karya seorang teman, Oktarano Sazano (alm). Tujuanku ingin membukukan tulisan-tulisan itu agar bisa dinikmati dan dibaca lebih banyak orang. Dia meninggal di tahun 2011, perantara kematiannya adalah Malaria. Saat dia bertugas di Papua di tahun itu.

Salah satu media tempat Rano menulis adalah blogdetik.com. Hanya saja saat ini situs tersebut sudah tidak aktif. Untunglah ada webarchive yang bisa menyimpan hasil rayapan (crawling) mesin-mesin pencari data web di tahun-tahun silam meskipun alamat website-nya sudah punah. Bukan hanya blogdetik. Puitika.Net pun demikian, menjadi salah satu yang punah meski sebenarnya aku masih punya basis data situs tersebut di harddisk-ku (namun entah masih bisa diakses apa nggak).

Saat ini yang bisa kusimpulkan adalah bahwa tak selamanya media-media yang menjadi tempat kita menulis akan bisa menyimpan tulisan kita. Saat ini blogger dan wordpress adalah salah dua media yang cukup banyak penggunanya, jadi menurutku masih bakal panjang umurnya. Supply and Demand. Jika dari konsumen masih membutuhkan, maka media tersebut pasti akan tetap tersedia. Itu juga tergantung apakah pengelola media itu bisa mengelola dengan baik sehingga media dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan.

Karena itulah keberadaan buku menjadi penting. Buku menjadi salah satu media yang akan menyimpan karya manusia. Entah harus sebanyak apa aku akan mencetak buku itu, dan melalui lembaga penyimpan yang mana akan kudistribusikan buku itu. Yang terpikir saat ini, ketika kita menerbitkan sebuah buku, penyimpan pertama adalah perpustakaan. Selain itu para pembaca, juga Google Play Book, atau bisa juga amazon dll.